“Kopi yang enak (terbaik) akan selalu menemukan penikmatnya “.

                                     Film Filosofi Kopi.

“Kopi yang enak akan selalu menemukan penikmatnya“ menjadi salah satu dialog paling penting dalam film FILOSOFI KOPI yang diadopsi dari salah satu novel best seller indonesia Filosofi Kopi karya Dee Lestari. Produksi film Indonesia yang berkualitas selalu tidak bisa lepas dari kenyataan yang dialami Indonesia sebagai negara bangsa. Demikian halnya dengan tanaman kopi, yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah Indonesia yang tercatat dimulai sejak era kolonial hingga saat ini.

 


Insert: Kopi Manggarai Timur, Foto: Kominfo Manggarai Timur

Sejarah kopi dimulai Ketika jenis Kopi Arabika didatangkan oleh pemerintah Belanda dari Yaman dan mulai ditanam di daerah Batavia, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, Timor dan Flores. Ekspansi tanaman Kopi ini terjadi setelah komandan VOC di pantai Malabar, Adrian Van Ommen membawa bibit Kopi atas perintah Wali Kota Amsterdam Nicholas Witsen pada tahun 1696. 

Indonesia sebagai produsen Kopi ke-4 terbesar di dunia, menyumbangkan lebih dari 500 ton Kopi pertahunnya, untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia sehingga tanaman Kopi telah menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan dengan nilai ekonomis yang sangat tinggi.

Menggali dan memiliki pengetahuan tentang Kopi Indonesia, secara lengkap menjadi salah satu metode yang harus dilakukan sehingga Indonesia tetap memiliki daya untuk melakukan strategi dan pengembangan tanaman Kopi, sehingga mampu memenangkan pertempuran perdagangan Kopi dunia. Untuk memastikan upaya ini, Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia serta lembaga Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember senantiasa menyelenggarakan kontes Kopi terbaik Indonesia dalam tujuh tahun terakhir.

Tahun 2015  yang lalu,  kontes Kopi terbaik Indonesia kembali dilakukan, untuk menemukan Kopi terbaik milik Indonesia. Kontes yang diselenggarakan di Banyuwangi, Jawa Timur ini pada akhirnya memutuskan Kopi Manggarai Timur, sebagai Kopi terbaik Indonesia 2015 setelah berhasil menyisihkan 137 Kopi yang berasal dari seluruh wilayah di Indonesia. Ketua dewan juri KKSI (Kontes Kopi Seluruh Indonesia) ke -7, Pranoto Soenarto mengakui “Kopi tahun ini bagus bagus. Dari dua puluh (20) sampel kopi, kita seleksi menjadi sepuluh (10). Kemudian kita langsung pilih juaranya“. Kopi Manggarai Timur terpilih sebagai “Mutiara Hitam” yang terbaik se Indonesia, karena memiliki keunggulan komparatif pada Cita rasa, aroma, keasinan, keasaman dan keseragaman.

Pasca Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur Bupati Drs. Yoseph Tote M.Si, dan Wakil Bupati Manggarai Timur Agas Andreas SH, M.Hum, dihadapkan pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah. Berbagai kompleksitas persoalan menjadi seperti teka teki yang membutuhkan penanganan secara cepat, tepat serta keberanian politik.

Pada pertengahan 2009, setelah cukup lama menjadi bagian dari Kabupaten Manggarai sebagai kabupaten induk, Kabupaten Manggarai Timur akhirnya memiliki arah kebijakan politiknya sendiri sebagai sebuah kabupaten yang otonom. Konsepsi politik Cengka Ciko (pembangunan yang berorientasi pada desa) menandai pelaksanaan periode pertama Kabupaten Manggarai Timur.

Konsepsi politik Cengka Ciko berhasil mendorong pertumbuhan berbagai keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Manggarai Timur. Salah satunya adalah tanaman Kopi, yang telah memiliki akar sejarah panjang di Kabupaten ini. Sejak periode pertama pembangunannya, pertumbuhan luas lahan tanaman kopi, terus menunjukan grafik yang sangat menggembirakan. Hingga saat ini, luas lahan tanaman Kopi di Kabupaten Manggarai Timur adalah 22.673.17 ha, dengan luas areal kopi jenis Arabika mencapai 7.071 ha dan kopi jenis Robusta yang mencapai 15.602.27 ha. Angka akselesari kenaikan jumlah produksi komoditi Kopi Manggarai Timur, terus didorong oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Timur, melalui program perluasan lahan, intensifikasi perbaikan mutu dan pengembangan industri hilir.

Harga komoditi Kopi yang semakin tinggi, dan agenda pemerintah Pusat yang menjadikan Kopi sebagai salah satu komoditas pertanian, menjadi skala prioritas pemerintah,  yang akan terus akan dikembangkan dalam beberapa tahun kedepan, karena memiliki keunggulan kompetitif komoditas di pasar internasional. Harga komoditi yang terus menanjak di pasar global, agenda politik pemerintah pusat dan gebrakan politik pembangunan Cengka Ciko telah menjadi iklim yang kondusif bagi masa depan Kopi Manggarai Timur.

Konsepsi Cengka Ciko tidak lantas berhenti tetapi terus bertransformasi melalui Dinas Perkebunan Kabupaten Manggarai Timur, yang mengembangkan sistem agrobisnis kopi Manggarai Timur dengan pendekatan pengembangan komoditi Kopi sebagai titik sentral usaha rakyat. Usaha ini tidak datang tiba tiba, tetapi telah dilakukan sejak tahun 2014 melalui baseline study yang menjadi pedoman untuk merumuskan dan  mengembangkan,  berbagai program sektor perkebunan terutama komoditi kopi yang dijalankan untuk jangka pendek, menengah dan panjang. Salah satu langkah strategis yang didorong oleh pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Timur adalah mendukung pembentukan Asnikom (Asosiasi Masyarakat Petani Kopi Manggarai) yang melibatkan perwakilan petani, eksportir dan unsur pemerintah dari tiga Kabupaten yang berada di Manggarai Raya, untuk mempercepat perbaikan secara menyeluruh dalam perdagangan komoditi (Commodity terms of trade).

Kopi Manggarai Timur adalah Kopi Manggarai yang dalam bahasa lokalnya disebut sebagai Kopi Tuang. Perubahan diksi, Kopi Manggarai menjadi Kopi Manggarai Timur, sesungguhnya hanya menjadi rujukan keberadaan Kopi Manggarai (Kopi Tuang) yang memang sejak dulu basis produksinya berada di wilayah Kabupaten Manggarai Timur. Kopi adalah tanaman primadona masyarakat Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur selain cengkeh, Vanili, coklat dan berbagai komoditi perkebunan lainnya. Kopi mencatat pertumbuhan “ produksi baru “ yang sangat mencengangkan. 

Masyarakat Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur memiliki relasi histroris yang sangat kuat dengan kopi baik secara sosial, ekonomi, kultural dan politik. Hal yang paling konkrit untuk dibuktikan adalah apabila anda ( pembaca ) berada di Kabupaten Manggarai Timur lalu berkunjung ke berbagai wilayah Kabupaten Manggarai Timur maka dipastikan anda akan disuguhi kopi sebagai minuman.

Bukti lainnya adalah, secara  umum masyarakat Manggarai di Manggarai raya teristimewa di Kabupaten Manggarai Timur memiliki tradisi Toto Kopi (meramal dengan media Kopi) yang dalam bahasa yang lebih umum dikenal sebagai pengetahuan Tasseografi yang juga menjadi tradisi yang berada di Timur Tengah, Eropa hingga Asia. Sejak zaman dahulu masyarakat Manggarai telah mengenal Kopi sebagai media untuk meramal. Hingga saat ini tidak diketahui pasti sejak kapan orang Manggarai juga mengenal pengetahuan tasseografi ini.

Namun dari berbagai literasi dapat dipastikan bahwa, pengetahuan ini memiliki umur peradaban yang sama dengan umur sejarah Kopi. Kalau demikian, maka bisa dipastikan bahwa masyarakat Manggarai, sesungguhnya telah mengenal tanaman kopi sejak lama.

Tradisi toto kopi biasanya dilakukan setelah usai menikmati kopi, gelasnya kemudian ditelungkupkan sehingga ampas kopi yang masih tersisa dalam gelas akan meninggalkan jejak garis garis kopi pada dinding gelas. Bagi masyarakat Manggarai, jejak Kopi yang tertinggal adalah simbol simbol yang menyediakan informasi tentang kehidupan masa lalu, masa kini dan masa depan. Menariknya, dalam tradisi toto kopi hanya kaum perempuan yang memiliki intuisi yang mampu berdialog dan menyampaikan pesan yang ditinggalkan oleh jejak garis garis kopi. “Kopi dalam tradisi masyarakat Manggarai adalah subyek yang  telah memberikan dirinya bagi pengakuan dan tempat yang istimewa terhadap perempuan Manggarai yang menjadi simbol kehidupan“. Kisah tentang Kopi Manggarai Timur, tidak semata mata terbatas pada relasi historis antara Kopi dan masyarakat Manggarai,  tetapi juga telah menjadi relasi spiritual yang sangat dalam.

Kopi Indonesia juga mengalami  adaptasi  konteks sosialnya dalam film FILOSOFI KOPI, sebab Indonesia tidak saja dikenal sebagai salah satu produsen Kopi terbaik di dunia tetapi juga menjadi negara dengan populasi terbesar penikmat Kopi. Menggeledah motivasi pembuatan Film ini, tentu akan sangat menarik sebab film telah berhasil membangun “kesadaran kolektif“ tentang makna keberadaan kopi Flores (Kopi Arabika Flores disebut dalam dialog), yang jauh meninggalkan perbincangan Kopi hanya sebagai sebuah komoditas perkebunan semata. Film FILOSOFI KOPI menghentak kesadaran kita tentang harta karun yang kita miliki.

Kopi Manggarai Timur, akan tetap memiliki masa depannya sebab masyarakat Manggarai telah berhasil melindungi Kopi dari “ancaman“ industrialisasi komoditas Kopi yang menempatkan Kopi sebatas komoditi yang diproduksi secara massal.

Dalam salah satu kunjungannya di Buntal Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, tepatnya pada tahun 2009, Bupati Manggarai Timur, Drs. Yoseph Tote M.Si, pernah mengatakan “Dengan kekayaan alam yang kita miliki, Manggarai Timur adalah Firdaus yang dititipkan Tuhan bagi masyarakat Manggarai Raya“. Kopi Manggarai Timur,  memiliki sesuatu yang disebut sebagi basis basis ritual dan kultis,  sehingga  Kopi Manggarai Timu,r akan tetap menjadi bagian dari Kopi yang tetap dapat dinikmati oleh penikmat Kopi diseluruh dunia. Selamat datang di Kabupaten Manggarai Timur, Firdaus  bagi para penikmat Kopi.                            

Kopi Manggarai Timur adalah sahabat terbaik untuk berdialog tentang kehidupan. Seperti dalam salah satu dialog Film FILOSOFI KOPI “Karena setiap jenis Kopi mempunyai filosofinya sendiri. Setiap karakter dan arti kehidupan, dapat kita temukan dalam secangkir Kopi. Selama ada yang namanya Kopi, orang-orang dapat menemukan dirinya disini “.

 (Penulis: Patrys Anggo S. Sos - Anggota Bakohumas Dinas Kominfo Kabupaten Manggarai Timur)