ManggaraiTimur,MC-Penanganan stunting di Kabupaten Manggarai Timur (KMT) belakangan menjadi topik diskusi yang hangat menyusul masuknya Manggarai Timur sebagai salah satu dari lima daerah dengan tingkat prevelensi stunting tertinggi di NTT.
Dalam siaran pers BKKBN, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menyampaikan bahwa berdasarkan hasil survey Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, KMT menjadi salah satu dari lima Kabupaten di NTT yang masuk dalam 10 besar daerah yang memiliki prevelensi stunting tertinggi di Indonesia bersama Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, dan Sumba Barat.
Perdebatan muncul setelah diumumkanya hasil survey SSGI 2021, dimana angka prevelensi stunting di KMT mencapai 42,9%, Sementara, berdasarkan data yang dirilis Pemda Manggarai Timur, tingkat prevelensi Stunting menurun pada angka 12% pada tahun 2021. Dengan angka 12% ini, KMT berhasil meraih penghargaan peringkat kedua dalam aksi konvergensi stunting terbaik di provinsi NTT Oktober 2021 lalu.
Menanggapi perbedaan hasil perhitungan ini, Ketua Pokja Stunting KMT, Ir. Boni Hasudungan dalam Forum diskusi yang dihadiri oleh kalangan pers di Ruang Media Centre Manggarai Timur, Lehong, Rabu (09/03/2021) menjelaskan perbedaan persentase prevelansi stunting ini disebabkan oleh perbedaan metode perhitungan dimana Pemda KMT menggunakan metode perhitungan e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat secara online). Boni menjelaskan perbedaan mendasar kedua perhitungan ini terdapat pada jumlah sampel dan periode perhitungan.
“Pada November 2021 SSGI melakukan pengukuran balita di 22 desa di Kabupaten Manggarai Timur dengan sampel 10 balita per desa. Jumlah Desa yang ada di Kabupaten Manggarai Timur sebanyak 159 Desa dan Jumlah Keluarahan sebanyak 17 serta Desa Persiapan sebanyak 38. Jumlah Balita yang terdata sebanyak 25.972 jiwa, sementara yang menjadi sampel SSGI 10 Balita dari 22 Desa, totalnya 220 jiwa jika dipersentasekan hanya 0,8% saja. Hasil dari studi diperoleh prevalensi stunting sebesar 42.9%. Jelas Boni Hasudungan.
“Sementara dalam E-PPGBM , seluruh balita didata dan dimonitor, kemudian diinput oleh petugas gizi puskesmas sesuai hasil penimbangan di Posyandu setiap bulannya. Berdasarkan data e–PPGBM untuk tahun 2021, prevelansi stunting Kabupaten Manggarai Timur sebesar 12 %. berbeda dengan survey SSGI, yang hanya sekali setahun.” Lanjut Boni.
Secara umum, Komitmen Provinsi NTT dalam upaya penurunan stunting tertuang dalam komitmen bersama antara Gubenur NTT dan Bupati/Walikota se NTT untuk menurunkan stunting sebesar 10 % di tahun 2022. Menindaklanjuti hal tersebut Bupati Manggarai Timur mengeluarkan Surat Edaran Nomor: Ekbang.050.13/1185/XII/2021 tanggal 28 Desember 2021 tentang Penggunaan Dana Desa Tahun Anggaran 2022 untuk mendukung Penurunan Stunting dan Penurunan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Manggarai Timur.
Dalam surat edaran ini, Bupati Manggarai Timur menghimbau Desa untuk ikut serta dalam penanganan stunting dengan mengalokasikan anggaran untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa susu dan telur bagi ibu hamil dan bayi dibawah dua tahun.
Lebih lanjut, Boni menyampaikan Prevelensi stunting 42,9 % untuk Manggarai Timur merupakan data SSGI untuk kepentingan monitoring dan evaluasi intervensi gizi sedangkan Prevalensi Stunting 12% (e-PPGBM) digunakan untuk monitoring pertumbuhan balita setiap bulannya. Karena sifatnya yang real time, data e-PPGBM juga digunakan sebagai dasar dalam perencanaan dan penetapan sasaran program. Sebagai informasi tambahan, data e-PPGBM juga didukung dengan nama dan alamat balita (by name and address), sehingga dengan demikian penanganan penurunan angka stunting di KMT stunting dapat dilakukan secara menyeluruh dan tepat sasaran. (KOMINFO KMT)