ManggaraiTimur, MC - Usai melaksanakan rapat kerja marathon di Lehong, Selasa (19/02/2024), Penjabat Bupati Manggarai Timur, Boni Hasudungan, ternyata telah menyiapkan agenda pribadi, berjumpa pemimpin umat Katolik Keuskupan Ruteng.
Audiensi dengan Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, berlangsung di istana Keuskupan Ruteng, Rabu (20/02/2024). Pada kesempatan tersebut , Boni Hasudungan, menyampaikan informasi terkait penugasan barunya sebagai Penjabat Bupati Manggarai Timur.
Boni Hasudungan, bukan sosok baru dalam lingkungan gereja Katolik Keuskupan Ruteng. Dalam berbagai kesempatan, ia seringkali dilibatkan dalam berbagai agenda Keuskupan Ruteng.
Perjumpaan ini, tentu memiliki peran penting dan strategis. Untuk memaknainya, tentu tidak bisa lepas, dari sejarah panjang karya gereja Katolik dalam pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur.
Moment kedua tokoh ini, tentu menjadi kabar baik untuk meningkatkan daya kolaborasi dalam proses pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Boni Hasudungan, memberikan gambaran terkait penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, yang sedang berjalan kepada Mgr. Siprianus Hormat.
Keduanya lalu terlibat pembicaraan yang intens terkait agenda strategi percepatan penanganan Stunting dan perkembangan dinamika sosial masyarakat, akibat proses politik pasca Pemilu 2024.
Isu penanganan Stunting dan stabilitas politik, tentu memiliki korelasi yang kuat dalam menyiapkan kerja kolaboratif menyongsong Indonesia Emas 2045.
Percakapan kedua pemimpin tersebut, tentu menjadi penanda, bahwa komitmen bersama ini, akan ditindaklanjuti pada level strategi dan aksi nyata bersama.
Dalam konteks makna, tradisi percakapan ini harus terus diperkuat, sebagai sebuah kekuatan besar. Perjumpaan yang jauh dari protokoler ini, justru membawa tema besar yang nyaris hilang dari diskursus ruang publik.
Percakapan kedua tokoh ini, sekakigus menjadi media, yang menghadirkan sebuah dimensi baru yang mungkin masih terdengar asing.
Dimensi tersebut dikenal sebagai Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK), yang menjadi instrumen khusus untuk mengukur capaian kinerja pembangunan kebudayaan, yang telah diluncurkan pemerintah sejak tahun 2019.
IPK, mengacu pada konsep Culture Development Indicators UNESCO. Percakapan isu Stunting dan dinamika politik tersebut, menjadi pintu masuk untuk membahas berbagai dimensi yang saling terkait.
(1). Dimensi ekonomi budaya, (2) dimensi pendidikan, (3) dimensi ketahanan sosial budaya, (4) dimensi warisan budaya, (5) dimensi ekspresi budaya, (6) dimensi literasi, dan (7) dimensi kesetaraan jender.
Perjumpaan kedua tokoh ini, telah menjadi pesan tegas, yang harus ditangkap dengan cermat. Sebab percakapan ini, menjadi momentum untuk mendongkrak budaya Menggarai, sebagai basis utama dalam strategi dan implementasi pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur.
Berbagai kearifan lokal budaya Manggarai yang sangat kaya, harus menjadi pilar pilar yang merawat rumah bernama Kabupaten Manggarai Timur.
Terutama mendorong pengetahuan dan praktek budaya yang hidup dalam masyarakat, sebagai spiritualitas sekaligus strategi pembangunan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan merawat kehidupan bersama yang berkelanjutan.