Ruteng , 27 Oktober 2020
Ditetapkannya Pariwisata sebagai sektor unggulan bangsa oleh Presiden Joko Widodo pada 2016 lalu menjadikan pariwisata mengemban peran strategis kepemimpinan pembangunan perekonomian bangsa dan menjadi ge rbang bagi bertumbuhnya industri sektor lain seperti jasa, perhubungan, pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri kreatif lainnya . c apaian sektor pariwisata mampu menyumbang devisa terbesar bagi negara, yaitu Rp. 280 triliun sepanjang tahun 2019. Cita-cita menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan bangsa kemudian diwujudkan dengan komitmen Pemerintah Pusat, yaitu dengan membangun 10 Bali Baru , salah satunya NTT dengan Labuan Bajo Flores, Bima, Lembata, dan Alor yang ditetapkan sebagai 1 dari 5 Destinasi Super Prioritas.
Labuan Bajo kemudian dinaikan statusnya sebagai Destinasi Pariwisata Super Premium oleh Presiden Joko Widodo tahun 2019 lalu saat berkunjung ke Labuan Bajo. Dengan demikian, Labuan Bajo saat ini menjadi satu-satunya Destinasi Pariwisata Super Premium yang ada di Indonesia.
Dalam rangka pengembangan pariwisata berkelanjutan di Labuan Bajo Flores , Lembata, Alor, dan Bima, Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) menggelar Kegiatan Penguatan Digitalisasi Destinasi Wisata di Hotel Revaya Ruteng, (27/10).
Kegiatan berlangsung selama 2 hari (27-28 / 10/2020) melibatkan 15 Desa Wisata dari 3 Kabupaten di Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur. Ke-15 Desa Wisata terundang dari 3 Kabupaten ini adalah desa-desa yang memenuhi persyaratan aspek 3A dan juga memiliki Pokdarwis atau BUMDes.
Melalui kegiatan ini Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina menjelaskan pentingnya jaminan wisata, khususnya Desa Wisata dengan digitalisasi. Melalui pemanfaatan teknologi digital sebagai saluran informasi dan komunikasi yang mampu menyajikan potensi wisata desa Shana berharap promosi dan peningkatan kualitas pariwisata desa wisata dapat dioptimalkan.
“Sudah saatnya Desa-Desa Wisata kita di NTT go digital, dengan begitu informasi terkait potensi wisata desa semakin mudah diakses oleh wisatawan. Masyarakat Desa Wisata juga secara mandiri dapat melakukan pemberdayaan ekonomi desanya dan sudah pasti desanya menjadi berkembang ” , ungkap Shana.
Menurut Shana, v menjadikan NTT sebagai gerbang ekowisata dunia meniscayakan peran serta Desa Wisata untuk turut serta mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Bagaimana menjadikan masyarakat, dalam hal ini masyarakat desa sebagai komponen utama pembangunan pariwisata di desanya masing-masing melalui sajian aktivitas keseharian masyarakat desa dan produk hasil tani atau kebun, serta aktivitas seni budaya masyarakat desa setempat yang memiliki keaslian budaya serta potensi desa lainnya yang dapat memberi memberi nilai lebih / nilai tambah bagi masyarakat.
“Desa-desa wisata yang sudah siap kita digitilisasi dan kita aktivitas digitalnya dikelola dengan baik dan berkelanjutan, sambil tetap kita dampingi sampai mereka benar-benar mandiri dalam pengelolaan digitalnya”, jelas Shana.
Sementara itu, Kepala Divisi Komunikasi Publik BOPLBF Sisilia Jemana dalam kesempatan tersebut menerangkan, dalam kegiatan tersebut peserta akan membuat konten media yang menarik terkait potensi wisata di desanya masing-masing.
“Teman-teman Desa Wisata selama 2 hari ini akan kami bekali dan kami latih bagaimana membuat konten foto yang baik dengan menggunakan kamera sederhana, selain itu juga akan kami latih bagaimana membuat teks atau narasi yang baik yang bisa mendukung konten foto yang ada”, jelas Sisilia.
Konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) saat ini menjadi kiblat utama pembangunan pariwisata di NTT . Destinasi E co -W isata P remium, merupakan wujud d estinasi Wisata DENGAN concept Pariwisata Berkelanjutan ( Eco-tourism ) Yang Berkelanjutan, Yang mengoptimalkan Potensi Pariwisata Yang otentik Dan mengedepankan orisinalitas, alam Kekayaan , Dan budaya lo kal 'masyarakat desa.
Hadirnya Desa wisata pada akhirnya perlu ditopang oleh kemudahan akses informasi mengenai potensi wisata desa itu sendiri yang dalam penyajiannya paling dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunakan teknologi digital sebagai saluran informasi desa wisata yang dikelola oleh desa itu sendiri.
Tahun 2019 lalu, pariwisata digital juga telah dicanangkan sebagai wujud kesiapan pariwisata Indonesia memasuki era industri digital 4.0 (pariwisata 4.0) yang berarti dalam pengembangannya pemanfaatan teknologi digital merupakan platform utama sebagai saluran informasi sekaligus promosi pariwisata, dimana sekitar 50% aktivitas perjalanan wisata dilaksanakan oleh para milenial dan 70% masyarakat yang melakukan aktivitas berbagi dan suka menggunakan media digital.
Dengan demikian potensi pasar digital menjadi momentum yang perlu ditangkap oleh para pelaku pariwisata, dalam konteks pengembangan Desa Wisata berbasis digital .
----------
Divisi Komunikasi Publik
Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF)