Manggarai Timur MC - Upaya penurunan angka Stunting di Kabupaten Manggarai Timur terus dikebut oleh Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Manggarai Timur. Desa Satar Padut dan Golo Mangung, Kecamatan Lamba Leda menjadi 2 dari 45 wilayah yang menjadi wilayah kerja penanganan.
Berdasarkan Updating Data Statistik Sektoral Kabupaten Manggarai Timur tahun 2018, angka kematian ibu 10 kasus, kematian bayi 43 kasus dan balita gizi buruk 77 kasus, dengan sebaran kasus tertinggi terjadi di kecamatan Rana Mese, Kota Komba, Elar selatan,Borong dan Lamba Leda.
Kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku sosial yang buruk juga memberikan kontribusi problem kesehatan penyakit menular seperti TBC 177 kasus, diare 1.931 kasus, DBD 45 kasus, Malaria 3 kasus, HIV/AIDS 20 kasus dan pneumoni balita 6 kasus.
Prevalensi angka balita Stunting menunjukan angka yang sangat memprihatinkan. Betapa tidak prevalensi balita Stunting mencapai 30,25% dari jumlah balita 5.798 dengan 1.754 kasus yang terjadi di 8 Kecamatan Borong, Rana Mese, Poco Ranaka, Lamba Leda, samba Rampas, Elar, Elar Selatan dan Kota Komba.
Kecamatan Poco Ranaka Timur menjadi satu satunya kecamatan yang bebas dari kasus Stunting. Ada harapan penanganan masalah stunting di beberapa kecamatan, sebab memiliki jumlah lokus stunting yang sangat rendah, diantaranya Kecamatan Elar 1 desa dan Kota Komba 1 desa. Sementara itu Kecamatan Poco Ranaka 2 desa, diikuti Kecamatan Borong 4 desa.
Potret kesehatan ini menjadi tantangan kepemimpinan Agas Andreas dan Jaghur Stefanus yang mengusung agenda pembangunan manusia di periode jalan ketiga pembangunan (2019-2014). Percepatan pengentasan tantangan ditempuh melalui forum Lonto Leok. Forum ini kemudian menjadikan stunting sebagai isu sentral penanganan isu kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi 1000 Hari Pertama Kelahiran dan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).
Forum Lonto Leok di Desa Satar Padut, Senin (22/10) berlangsung dinamis, begitu pula di desa Golo Mangung, Selasa (22/10/2019). Isu yang disuarakan hampir senada. Walaupun begitu, beragam pertanyaan, berbagi pengalaman dan pendapat masyarakat menjadi warna yang membangun dinamika forum Lonto Leok bersama Pokja Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Manggarai Timur.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, dr Tommy Harmopan dari Dinas Kesehatan menjelaskan pentingnya peran keluarga bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat, terutama kesehatan ibu hamil dan balita 1000 HPK (Hari Pertama Kelahiran).
“Rencana besar pemerintah terkait penanganan Stunting, sebetulnya untuk menjaga pertumbuhan sel otak anak dengan baik. Sehingga generasi muda kita lebih cerdas dan siap bersaing dimasa depan dengan negara lain“ kata Tommy.
Sejalan dengan Tommy, Kabid Pemberdayaan Masyarakat Dinas PMD, Halyo Rahman Yanuarius mengharapkan masyarakat dan pemerintah desa dapat bergotong royong dalam skala yang lebih besar. Kebijakan pemerintah desa diharapkan mampu mempercepat mendorong pertumbuhan pelayanan infrastruktur dasar, kesehatan, pemberdayaan ekonomi keluarga, pendidikan anak usia dini dan bantuan perumahan .
Harapan yang baik ini tentu harus diterjemahkan dengan tepat sehingga desa diharapkan mampu mengalokasikan anggaran yang proporsional di berbagai sektor. Aspek ini mutlak menjadi perhatian serius sehingga pembangunan desa tidak lagi semata mata sekedar menyelesaikan tantangan tetapi juga membangkitkan potensi desa. Mengawal RPJMDes menjadi langkah mutlak sehingga dana desa yang digulirkan mampu menjawab skala prioritas sekaligus indikator pembangunan manusia di Kabupaten Manggarai Timur.
Kegiatan Lonto Leok ini akan terus dilanjutkan hingga 43 lokus Stunting lainnya di Kabupaten Manggarai Timur. Lonto Leok dalam tradisi masyarakat Manggarai menjadi ruang bagi setiap warga dalam sebuah komunitas untuk bertukar pikiran mencari jalan keluar bagi kebaikan hidup komunitasnya.
Praktek Lonto Leok dalam pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur, tentu menjadi modal sosial yang sangat baik. Dari sudut yang lain, Lonto Leok menjadi mekanisme partisipasi sosial yang paling ampuh dibandingkan mekanisme modern lainnya.
Selain dihayati, Lonto Leok adalah tradisi yang dijalankan dengan sungguh oleh masyarakatnya. Boleh jadi aspek inilah yang menjadi jawaban atas dinamisnya pembahasan tema kesehatan di desa Satar Padut dan Golo Mangung, Kecamatan Lamba Leda.
Karena dihayati dan dilaksanakan, Lonto Leok menjadi ruang yang paling netral untuk mendengar suara jujur masyarakat yang justru seringkali terasing dan tidak pernah terdengar ketika dihadapkan pada mekanisme modern.
( ManggaraiTimur/MC/ Patrys Anggo)