ManggaraiTimur, MC-Pertengahan Desember yang terik menyapu sebagian besar wilayah desa Torok Golo, Kecamatan Rana Mese, Senin (9/12/2019). Jalan aspal (lapen) yang dibangun dari dana desa, menanjak dan membelah pemukiman penduduk yang nampak sepi. Hamparan kemiri dan cokelat yang dijemur, terlihat menutupi sebagaian besar halaman rumah warga yang nampak kering berdebu. Udara tidak lagi kosong. Aroma tajam kemiri dan coklat, menyeruak menembus indra.
Sejak dulu, Torok Golo dikenal sebagai salah satu basis komoditi Kemiri. Walaupun begitu, sebagai daerah sedang, wilayah ini menyimpan potensi lain seperti Kopi, Cengkeh, Vanili, Kelapa dan Mangga yang tumbuh subur di lahan milik warga.
Sayangnya desa ini, tidak lepas dari persoalan stunting. Pjs.Kades Torok Golo, Leonardus Uran menjelaskan, akibat debit air yang terbatas akses air bersih tidak mampu menjangkau seluruh wilayah, berdampak langsung bagi kondisi kesehatan dan ekonomi warganya. “ Air sangat susah pak. Kadang kami harus menimba air dari Gulung sampai Puntu “ tutur Yasinta Janu.
Waktu sudah menunjukan pukul 17.30 Wita. Butuh waktu panjang mengisi puluhan jerigen berjejer, dengan air yang mengalir kecil dari pipa yang nampak tidak lagi terawat. Yasinta Janu, tidak sendirian. Bersama beberapa perempuan lain, mereka terpaksa harus menunggu.
Produktivitas warga yang tidak lagi optimal dan terjebak kondisi miskin, mengakibatkan banyak warga usia produktif yang memilih merantau ke daerah lain, atau bahkan menjadi buruh migran di negeri orang. Kondisi ini justru menambah lingkaran rantai kemiskinan baru.
Lahan yang tidak lagi produktif akibat kehilangan penggarapnya berdampak langsung terhadap keluargayang ditinggalkan. Terutama ibu dan anak, yang rentan dengan persoalan kesehatan dan ekonomi. Alam, manusia, potensi, pilihan hidup dan optimalisasi pembangunan desa, ibarat takaran yang tidak lagi seimbang.
Salah seorang guru SDK Puntu, Marius Tensidus Edan mengungkapkan, pengalaman menarik yang ia jumpai tahun sebelumnya. Bahwa 50 persen dari siswa yang orang tuanya merantau, memiliki hambatan dalam proses belajar. “ Sejauh yang saya amati, para peserta didik ini sebetulnya, memiliki potensi akademik untuk berprestasi. Namun karena perhatian yang kurang dari keluarga, prestasi anak tidak menunjukan hasil yang positif. Lalu ada rentangan yang cukup jauh, antara siswa yang berprestasi dengan yang tidak “ Ujar Marius.
Kondisi ini, menjadi potret di awal tahun 2019, Torok Golo ditetapkan menjadi desa stunting dengan temuan 8 kasus stunting pada balita. Pjs.Kades Torok Golo, Leonardus Uran menuturkan, langkah cepat langsung dilakukan pemerintah desa. 15 orang kader posyandu, bekerja keras melakukan advokasi melalui kunjungan rumah, pelayanan posyandu dan kegiatan makanan tambahan. Pemantauan terhadap perkembangan balita stunting terus dilaksanakan secara rutin.
Langkah cepat dan kerja keras ini tidak sia sia. Berlahan angka balita penderita stunting diakhir tahun 2019 mengalami penurunan menjadi 3 kasus. Kepala Pustu Puntu, desa Torok Golo, Agustinus Nalut menngkonfirmasi keberhasilan ini. “ Diawal tahun 2019 ada delapan kasus balita stunting. Namun setelah diintervensi, akhir tahun ini balita dengan kasus stunting tinggal tiga. Mudah mudahan dalam beberapa waktu kedepan, kondisi balita ini semakin membaik “.
Yulianus Urut, Kepala desa Torok Golo terpilih untuk periode 2019 – 2025, bermimpi mensejahterahkan desanya. Usai dilantik, langkah cepat yang akan segera dilakukan bersama masyarakat adalah melaksanakan reboisasi kawasan hutan terutama disekitar mata air. “ Bersama seluruh warga terutama pelajar mulai dari SD hingga SMA kita akan hutankan kembali kawasan mata air, sehingga debit air bisa seperti dulu lagi. Rencananya, kita akan menanam bibit ara, beringin dan sukun “ ujar Yulianus.
Mewujudkan mimpinya bukan perkara mudah. Pemulihan kawasan mata air tidak cukup dengan reboisasi semata. Memberikan perhatian kapada masyarakat dihulu, bagi Yulianus menjadi pendekatan utama. Jalan lapen sepanjang 1430 meter yang telah tuntas dibangun tahun 2019, akan segera ia lanjutkan pada tahun 2020, sehingga terkoneksi dengan masyarakat diwilayah hulu dan menjangkau kawasan mata air. Selain itu, masyarakat dikawasan hulu akan diberdayakan menanam berbagai jenis tanaman hortikultura sebab memiliki kelembaban tanah yang baik.
Bagi Yulianus penanganan air bersih juga harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat hulu. Relasi masyarakat hulu dan hilir yang seimbang akan menjadi jaminan pelestarian sumber air bersih. “ Kalau masyarakat hulu diberdayakan ekonominya, baik dari infrastruktur ataupun usahanya, saya yakin kawasan mata air akan aman. Dampaknya kebutuhan air minum masyarakat dihilir desa Torok Golo juga bisa terpenuhi “.
Sadar dengan karakteristik potensi dan dukungan sumber daya alam yang berbeda pada setiap dusunnya. Terinspirasi konsep One Village One Product, Yulianus telah merencanakan agar setiap dusun memiliki kegiatan ekonomi yang sesuai dengan karakteristik potensi alamnya.
“ Agenda Bupati Manggarai Timur, bapak Agas Andreas untuk menjadikan Crossway Wae Musur sebagai obyek wisata, akan kita manfaatkan juga sebagai peluang usaha. Juga untuk mengembangkan tempat wisata lain yang juga bisa dikunjungi masyarakat. Terutama untuk menikmati pemadangan kota Borong “, ujar Yulianus.
Untuk mendukung rencananya, TP PKK tingkat desa akan menjadi ujung tombak melalui program dasawisma. “ Saya yakin pak. Kaum perempuan bisa menjadi motor ekonomi keluarga di Torok Golo. Untuk itu, saya juga akan meminta dukungan TP PKK tingkat Kabupaten, juga dinas dinas seperti pertanian untuk memberi pelatihan buat TP PKK kami, “ ucap Yulianus.
Agenda Infrastruktur, Dasawisma, kerjasama bersama gereja, Sanitasi total berbasis masyarakat, KIAT guru, Desa ramah anak, Lingkungan Hidup, Pariwisata, Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Balai latihan kerja, Usaha kecil menengah, menjadi deretan agenda kerja yang ingin disenergikan Yulianus.
Mendengarkan gagasan demi gagasan Yulianus, cukup mengejutkan kami. Jujur saja. Sejak awal, kami tidak pernah membayangkan percakapan kami, bersama pria desa yang pernah menjadi buruh migran ini, bisa menyentuh berbagai tema substansial yang juga sangat mungkin bisa diimplementasikan di Torok Golo.
Mimpi Yulianus Urut, membongkar akar pertumbuhan yang melambat di Torok Golo, mungkin terkesen klise. Namun tidak berarti, tidak bisa dilakukan. Mengerti soal, memiliki kesadaran, terbuka dan optimisme menjadi kompas kepemimpinan yang sedang dibutuhkan masyarakatnya, untuk jangka menengah dan panjang.
Pengalamannya sebagai buruh migran di negeri orang, memperkuat tekadnya menjadikan Torok Golo, sebagai tempat tumbuhnya harapan dan optimisme masyarakatnya. “ Saya punya obsesi. Suatu saat nanti masyarakat Torok Golo yang merantau akan kembali pulang dari merantau dan ikut membangun desa. Karena desa ini bisa memberi kehidupan bagi mereka. Daripada membangun negeri orang. Lebih baik bangun ekonomi diatas tanah kita sendiri. Kuncinya masyarakat terlibat. Jangan hanya tunggu pemerintah saja “.
( ManggaraiTimur/MC/Patrys Anggo)