ManggaraiTimur,MC- Walaupun telah menjadi ancaman nyata dan merenggut korban jiwa, penanganan penyakit rabies hingga saat ini masih belum optimal. Sementara disisi lain, secara sosiologis mayoritas masyarakat di kabupaten Manggarai Timur, memelihara anjing dan kucing yang masuk dalam kategori hewan penular rabies ( HPR ).
Tidak itu saja. Dari aspek topografi, rata rata wilayah perdesaan berbatasan dengan kawasan hutan yang menjadi habitat monyet yang masuk dalam kategori hewan penular rabies (HPR). Akibatnya Manggarai Timur, menjadi wilayah dengan potensi ancaman virus rabies dalam skala yang serius.
Kondisi ini tentu telah mendapatkan perhatian dan penanganan pemerintah daerah kabupaten Manggarai Timur, melalui kegiatan vaksinasi terhadap hewan penular rabies seperti kucing dan anjing. Namun harus diakui, kerja keras pemerintah ini masih belum cukup memberi dampak besar akibat rendahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap kesehatan hewan peliharaannya.
drh. Kristo Hemo, salah seorang dokter hewan di kabupaten Manggarai Timur, mengajak para pemilik HPR seperti kucing dan anjing, untuk peduli terhadap penyakit rabies.
" Saya mengajak setiap pemilik HPR untuk ikut mendukung program pencegahan penyakit rabies dengan vaksinasi HPR secara rutin. Satu tahun sekali dan bisa menghubungi pusat kesehatan hewan yang ada disetiap kecamanan. Jangan abaikan vaksinasi HPR, karena kita bertanggungjawab melindungi keluarga kita dari virus rabies", ujar drh. Kristo Hemo, disela sela kegiatan vaksinasi dan sterilisasi HPR secara gratis di Puskeswan Borong, di Tika, desa Nanga Labang, Sabtu (28/09/2024).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Perkumpulan Dokter Hewan dan Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Timur ini, dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Rabies Sedunia ( World Rabies Day/WRD ), yang diperingati tanggal 28 September setiap tahunnya. Peringatan ini diharapkan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap potensi ancaman virus rabies yang harus dilawan.
" Breaking Rabies Boundaries " ( Mendobrak batasan rabies ) menjadi tema peringatan Hari Rabies Sedunia ( World Rabies Day/WRD ), tahun 2024. Tema ini diharapkan mampu menarik kesadaran serta kerja kolaboratif berbagai pihak agar dunia bebas dari kematian akibat virus rabies pada tahun 2030.
Dengan kondisi sosiologis dan topografis, virus rabies masih terus mengintai keselamatan jiwa keluarga dan komunitas di kabupaten Manggarai Timur. Potensi ancaman dalam skala besar ini, membutuhkan perhatian serta penanganan segera.
Tentu pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, tidak bisa bergerak sendiri. Penanganan ini membutuhkan gerakan dalam skala besar dan masif. Perang melawan virus rabies bukan perkara mudah. Ini adalah perang melawan musuh yang tidak terlihat.
Pemerintah desa memegang peran kunci untuk mengkonsolidasikan, menggerakkan dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk melawan virus rabies. Kapasitas desa sebagai sebuah institusi tentu mampu menjangkau berbagai aspek yang diperlukan. Oleh karenanya berbagai pihak disetiap desa, harus terus mendorong agenda keamanan komunitas kepada pemerintah desa, agar menjadi panglima perang melawan musuh yang tidak terlihat ini.
( ManggaraiTimur/MC/Patrys Anggo )