Kunjungan kerja Bupati Manggarai Timur, Drs. Yoseph Tote M,Si di Buntal desa Golo Lijun Kecamatan Elar pada tahun 2009 menjadi salah satu kunjungan paling bersejarah bagi perjalanan dunia pendidikan diKabupaten Manggarai Timur.
Buntal dengan segala kekayaannya memang menjadi salah satu wilayah dari begitu banyak “titik keprihatinan pembangunan” yang harus dengan segera ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur ketika itu. Buntal menjadi penting karena Yoseph Tote memilih salah satu “titik keprihatinan pembangunan” ini sebagai tempat untuk menyampaikan pandangannya tentang pendidikan. “Pendidikan adalah palung bagi persemaian manusia”.
Pandangan ini kemudian menjadi penanda konsepsi “Cengka Ciko” pada sector pendidikan, yang menempatkan pembangunan manusia Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur sebagai salah satu skala prioritas pembangunan.
Struktur wajah pendidikan Kabupaten Manggarai Timur tahun 2008 pasca pembentukannya sungguh memprihatinkan. Angka putus sekolah sangat tinggi ( SD 1,77 %, SMP 2,12 % dan SMA 2,17 % ). Angka partisipasi murni juga menunjukan grafik yang cenderung rendah ( SD/MI 88,55 %, SMP 38,81 %, dan SMA 33,93 % ). Kondisi topografi yang sulit, sarana dan prasarana, akses terhadap fasilitas pendidikan yang terbatas, ratio jumlah anak usia sekolah dengan sekolah yang tidak sebanding serta penyebaran sekolah yang belum ideal menjadi rentetan persoalan yang membutuhkan tindakan segera diurai dengan keberanian dan tindakan segera.
Kabupaten Manggarai Timur mulai menata arah kebijakan sektor pendidikan dengan mengalokasikan anggaran minimal 20% yang diupayakan untuk menuntaskan masalah akses, mutu dan tata kelola pendidikan. Pertumbuhan dan perluasan Akses (sarana prasarana) sector pendidikan menjadi skala prioritas periode pertama pembangunan Kabupaten Manggarai Timur (2009-2014) dan terus dilanjutkan hingga periode kedua (2014-2019).
Konsepsi politik “Cengka Ciko” terus memandu semangat membangun sumber daya manusia Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur sebagai Human lnvestmen yang menempatkan investasi dalam diri manusia lebih menguntungkan serta memiliki economic rate of return yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi lain. Langkah politik ini sangat strategis sebab investasi dibidang pendidikan secara nyata akan berdampak pada kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kesadaran ini semakin Nampak ketika kita membaca arah kebijakan sektor pendidikan pada periode kedua pembangunan Kabupaten Manggarai Timur (2014-2019)
Konsepsi politik “Cengka Ciko” dan upaya membangun mutu pendidikan pada periode kedua (2014-2019) juga telah melahirkan konsep “Pendidikan Oleh Semua” yang masuk dalam lima besar konsep pendidikan yang dianjurkan oleh kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk segera dipilot projectkan sehingga bias diadopsi sebagai kebijakan nasional.
“Pendidikan Oleh Semua” yang digagas oleh Kabupaten Manggarai Timur tentu bukanlah sebuah konsep pendidikan yang terlampau ambisius apalagi asing. Masyarakat Manggarai sejak dahulu telah memiliki struktur kebudayaan yang memberikan perhatian terhadap solidaritas sosial.
“Pendidikan Oleh Semua” menjadi ruang bersama yang mendorong partisipasi seluruh stakeholder untuk berpartisipasi dan berkontribusi bagi pembangunan sector pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur. “Pendidikan Oleh Semua” sungguh telah mewakili cara pandang dari Konsepsi politik “Cengka Ciko” yang menempatkan komunitas desa sebagai basis yang paling pokok dan utama dalam pembangunan. Dengan demikian pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur bukanlah menara gading yang terlepas dari akar dan kehidupan sosial budaya masyarakatnya.
Dibulan Mei tepatnya ditanggal empat yang lalu, dihadapan ratusan pendidik, Yoseph Tote dalam sebuah seminar umum tentang pendidikan menyampaikan pandangannya tentang tantangan dunia pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah berjalan sejak Januari 2016.
Yoseph Tote menilai Liberalisasi ekonomi (MEA) yang telah menjadi kenyataan hidup sehari-hari saat ini harus segera direspons dengan tepat sehingga generasi Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur mampu menjadi angkatan kerja terdidik sehingga memiliki kesempatan untuk berperan sebagai bagian dari masyarakat dunia. Untuk mencapai mimpi besar ini, Yoseph Tote mengingatkan tentang tiga kunci utama yang berangkat dari refleksinya tentang karakter dasar manusia Manggarai (perangé data Manggarai) sehingga dunia pendidikan Kabupaten Manggarai Timur harus berhasil melahirkan manusia Manggarai yang utuh.
Manusia Manggarai yang utuh adalah manusia Manggarai yang memiliki tiga keutamaan. Pertama, Perilaku dan karakter. Manusia Manggarai harus giat bekerja (Dempul wuku tela toni kudut dumpu bate nuk-haéng bate kawé) dan tidak bergaya hidup mewah atau boros (Toe mbasa saék-woro waés-tipek) serta memiliki karakter yang harus cinta damai (Mosé momang tau, hambor agu meler), tidak suka membuat keributan (Toé ngoéng teka rukak ka’éng tanah) dan memiliki solidaritas social (Téu ca ambu-néka woléng lako, Ipung catiwu-néka woléng lako).
Kedua, Kompetensi. Manusia Manggarai harus memiliki kemampuan untuk memiliki pengetetahuan dan keterampailan yang mumpuni sehingga mampu berperan dalam pembangunan (Pororadakata-langkasité).
Ketiga, Literasi Sains dan Teknologi. Manusia Manggarai harus memiliki upaya untuk meningkatkan kompetensi untuk bertransformasi dalam mengikuti perkembangan modernitas yang semakin menuntut kompetensi disektor ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan untuk bertransformasi ini bias dimaknai memiliki cita-cita yang luhur dan menjadi pribadi yang bermutu tinggi (Langkas haéng ntala-uwa haéng wulang).
Pandangan Yoseph Tote tentang tiga keutamaan yang harus dimiliki manusia Manggarai di Kabupaten Manggarai Timur sesungguhnya menggambarkan tiga lapisan lingkungan. Pertama, perilaku dan karakter. Memberikan pengakuan atas eksistensi individu dan disaat yang sama mendorong kemampuan individu untuk mampu terintegrasi dalam kehidupan sosial. Kedua, Kompetensi. Memiliki keunggulan daya saing namun harus tetap demokratis dan ksatria. Kompetensi Ketiga, Literasi sains dan teknologi. Mendorong individu untuk menjadi bagian dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat dunia (globalisasi).
Tema sumber daya manusia (Human Capital) sesungguhnya telah menjadi perhatian Adam Smith sejak tahun 1776, hingga seiring berjalannya waktu ilmu ekonomi dan sosiologi yang terus berkembang menyimpulkan bahwa modal manusia sangat berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan Kegagalan membangun pendidikan hanya akan melahirkan berbagai persoalan; pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba dan welfare dependency yang hanya akan menjadi beban politik pemerintah.
Pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena melahirkan ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuna dan keterampilan sehingga mampu bekerja lebih produktif. Dengan demikian pendidikan mampu menjadi jaminan bagi kehidupan manusia yang berkualitas.
Bagi Kabupaten Manggarai Timur, gebrakan konsepsi politik Cengka Ciko pada periode pertama (2009-2014) telah meningkatkan kapasitas desa dengan segala keunggulan komparatifnya. Kemandirian ekonomi desa pada akhirnya dirajut kembali untuk berpartisipasi dalam konsep“ Pendidikan Oleh Semua”.
Globalisasi akan semakin mendesak dunia untuk kian modern dan meruntuhkan tembok-tembok etnosentrisme dan memperluas horizon solidaritas sosial. Dalam horizon solidaritas sosial yang lebihluas (Masyarakat Ekonomi ASEAN) inilah integrasi sosial dalam masyarakat yang semakin kompleks akan direproduksi.
Ketika itu tiba, manusia Manggarai yang utuh di Kabupaten Manggarai Timur telah berada pada jalan sejarah yang benar dan siap mewariskan tanah yang bermartabat bagi generasi berikutnya. Selamat dating manusia Manggarai di KabupatenManggaraiTimurdi modern Lebens welte (kehidupan modern).
Penulis : Andrianus Patrysius P. Anggo, S.Sos
(Anggota Bakohumas Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Manggarai Timur)