Jumat, 16/10/2015
Cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan desa Golo Lobos, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur dengan luas lahan sekitar 40 hingga 60 hektare. Jumlah ini belum termasuk lahan warga yang terletak di desa tetangga seperti di desa Compang Wesang, Bangka Kuleng dan di Kelurahan Mandusawu.
Aroma khas begitu terasa saat menginjakkan kaki di desa berpenduduk lebih 2.800 jiwa ini. Di dusun Pelus tampak warga tenggelam dalam kesibukannya masing-masing, meski jarum jam masih menunjukkan pukul 08.00 Wita. Kesibukan yang sama juga terlihat di dusun Lame. Cuaca dingin di awal bulan Oktober 2015 ini seperti tidak lagi dihiraukan. Warga yang tersebar di dusun Pelus dan dusun Lame terlihat sangat antusias mengawali harinya mengingat saat ini mereka sedang memanen hasil tanaman perkebunan yaitu cengkeh. Beberapa warga terlihat begitu ringan mengayunkan langkah kakinya menuju ke kebun. Sebagiannya lagi terlihat sedang menjemur cengkeh di halaman rumahnya. Aroma cengkeh yang sangat khas di pagi itu bercampur udara pagi yang masih segar berhembus ringan disela-sela kesibukan warga.
Egidius Dadur, salah seorang warga yang ditemui (09/10/2015) mengatakan bahwa hasil cengkehnya tahun ini sedikit menurun karena kekeringan. “Kalau hasil cengkeh tahun ini agak kurang dari tahun sebelumnya, karena kemarau panjang dan cuaca yang tidak mendukung” ungkapnya. Meski harga yang belum memuaskan tetapi beliau tetap bersyukur karena panenan cengkeh sangat membantu perekonomian warga. Ditambahkannya, awal bulan Oktober ini warga baru mulai memanen dengan harga jual 85.000 rupiah per kilogram. Sementara harga ranting Rp. 3000 perkilogram.
Harga yang rendah ini juga dikeluhkan Sevi Hasiman, salah seorang petani yang ditemui saat memanen hasil cengkeh di kebunnya di dusun Lame. “Harga cengkeh awal bulan ini tidak memuaskan, kenapa harga komoditas petani ini rendah sementara harga barang-barang terus melonjak naik?” ujarnya. “Ini ada apa ini? Kalau tahun lalu kami bisa menikmati harganya sampai 140.000 rupiah perkilo” tambahnya. Beliau berharap agar tahun ini harga cengkeh bisa segera naik seperti tahun lalu, atau kalau bisa lebih dari harga tahun lalu.
Kondisi ini dibenarkan Kepala Desa Golo Lobos, Aloysius Darung. “Kami merasa harga cengkeh ini dimain-main saja, katanya kualitas cengkeh warga kami tidak bagus, tetapi kami juga tidak diberi tahu, seperti apa yang kualitasnya bagus, kami jadi bingung,” demikian ujarnya. Menurutnya, meski harga tidak memuaskan tetapi warga tetap menjual hasil panen karena terdesak oleh banyaknya kebutuhan yang harus segera dipenuhi. Apalagi warga desa yang terletak di kaki Gunung Ranaka ini sangat menggantungkan hidupnya pada hasil cengkeh. Kondisi ini diperparah lagi dengan rendahnya kemampuan warga dalam mengelola keuangan. “Warga kami disini sudah terbiasa dengan pola ijon yang merugikan mereka sendiri dan pola ini sudah sejak dulu dan sulit dirubah” jelasnya. Ditambahkanya pula bahwa begitu banyak koperasi yang masuk ke desanya tetapi masyarakat belum memahami pentingnya peran koperasi dalam pelayanan sektor keuangan.
Setiap tahun hasil panen cengkeh di desa ini mencapai 40 hingga 60 ton, tetapi sepertinya tidak memberikan dampak yang berarti bagi perkembangan ekonomi warga. Baginya, ini merupakan tantangan sebagai seorang pemimpin. Tantangan untuk merubah pola yang sangat merugikan petani cengkeh di desanya. Langkah cepat ditempuhnya dengan membentuk koperasi dan melakukan sosialisasi, memberi pemahaman tentang peran koperasi dalam membantu perekonomian warga. Diharapkan lembaga keuangan ini bisa membeli komoditas dari petani dengan harga yang layak. Beliau yakin bahwa langkah ini akan memberi banyak manfaat positif bagi warganya. (kmf)