Kamis, 03/12/2015
Hujan terakhir kali mengguyur Kelurahan Watu Nggene di Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur pada akhir April 2015. Kondisi ini sangat menghawatirkan masyarakat karena kekeringan dimana-mana bahkan menyebabkan ratusan ternak warga di padang penggembalaan Mausui mati. Demikian disampaikan Lurah Watu Nggene, Herman Cedot di Wae Lengga(02/12/2015).
“Hujan terakhir itu akhir April 2015, banyak tanaman yang kering dan banyak ternak warga di Mausui mati dan kami kesulitan mendata karena ternak warga dilepas di padang mausui, apalagi jumlahnya sangat banyak,” ujarnya. Ditambahkan Herman bahwa selama ini warga sudah berupaya untuk menyelamatkan ternaknya dengan membeli rumput dari Borong dan sekitarnya. Sementara sebagian lagi mengungsikan ternaknya ke wilayah tetangga, bahkan ke Kabupaten Ngada untuk mendapatkan pasokan rumput yang cukup.
Kondisi ini dibenarkan Camat Kota Komba, Ferdinandus Lendo. “Ternak-ternak di Mausui itu banyak yang mati karena rumput-rumput di Padang itu mati akibat kekeringan panjang sementara pasokan air juga sangat kurang,” ungkapnya. “Padahal beberapa wilayah disekitar Wae Lengga ini sudah diguyur hujan tetapi tidak tahu kenapa hujannya tidak sampai ke Kelurahan Watu Nggene ini,” tambahnya. Menurutnya, kekeringan tahun ini sangat parah dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Wempi Anggal, Warga Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba mengatakan, mayoritas warga Lekolembo menggantungkan hidupnya dengan memelihara ternak di padang penggembalaan Mausui. Dengan kemarau panjang ini banyak ternak yang mati karena kekurangan pasokan makanan. Kondisi ini diperparah lagi karena sistem ternak yang masih membiarkan ternak berkeliaran di padang dan mencari makanannya sendiri. “Kami sudah coba mendata ternak-ternak milik warga yang mati, dalam beberapa bulan terakhir, khusus untuk di Lekolembo itu jumlahnya sudah mencapai ratusan, ini sudah termasuk bencana kekeringan,” sambungnya. “Hasil penelusran kami di Lekolembo saja ada 79 kuda, 108 sapi dan 125 ekor kerbau yang sudah mati karena kekeringan,” tambahnya.
Salah seorang warga Lekolembo yang ditemui (02/12/2015) di Padang Mausui, Antonius Olah membenarkan banyaknya ternak warga yang sudah menjadi korban kekeringan panjang ini. “Di padang Mausui ini sudah banyak kerbau, kuda dan sapi yang mati, bangkainya itu ada yang anjing makan ada juga yang dibiarkan saja di padang,” ungkapnya. Menurut pria 56 tahun ini, ada warga yang mampu secara ekonomi membeli rumput dari Borong tetapi kebanyakan warga hanya pasrah saja sambil berharap agar hujan segera mengguyur wilayah ini. Beberapa warga juga menjual ternaknya dengan harga yang sangat murah kepada pembeli yang berasal dari luar Kelurahan Watu Nggene. Sementara itu beberapa warga juga menangkap ternaknya lalu diikat disekitar rumah agar makananya bisa lebih diperhatikan pemiliknya. Bahkan ada yang mengungsikan ternaknya ke Kisol, Borong dan ada juga yang sampai ke Bajawa.
Martinus Dola, Warga Lekolembo juga menunjukkan potongan-potongan bangkai ternaknya yang mati beberapa minggu yang lalu. “Saya punya ada satu kerbau dan satu kuda yang mati, sekarang hanya pasrah saja semoga yang masih hidup ini bisa hidup sampai ada hujan,” ungkapnya. Sementara itu ada juga warga yang menyembelih ternaknya untuk dijual kepada warga sekitar guna sedikit mengurangi kerugian. “Ada yang potong saja sebelum dia mati sendiri pak, dileis ke tetangga, daripada tunggu dia mati sendiri, kami dapat nol,” sambungnya.
Padang Penggembalaan Mausui tampak sangat kering, di beberapa titik terlihat bangkai ternak yang dibiarkan tergeletak begitu saja. Masih ada beberapa ekor kuda yang masih berkeliaran di padang yang sangat luas ini tetapi kondisinya sangat kurus, sementara aroma bangkai yang menyengat juga masih terasa. (kmf)