Kamis, 03/12/2015
Satu lagi potensi pariwisata Kabupaten Manggarai Timur (KMT), di Nusa Tenggara Timur yang mulai terkuak keberadaannya.
Awal Desember 2015, manggaraitimurkab.go.id coba menelusurinya. Penelusuran diawali dengan perjalanan selama satu jam dengan kendaraan roda dua, dari Borong menuju Wae Lengga, tepatnya di Kelurahan Watu Nggene, Kecamatan Kota Komba. Tidak banyak orang yang mengetahui Tiwu Repot, bahkan beberapa warga Wae Lengga yang kami tanyai, terlihat bingung dan tidak mengetahuinya.
Lurah Watu Nggene, Herman Cedot, mengarahkan kami, “kalau mau ke Tiwu Repot langsung saja ke Nale, dari sini (Wae Lengga) ke Dusun Nale, di Sambikoe itu ditempuh sekitar 15 sampai 20 menit, bisa lebih cepat karena jalan sudah bagus,” ujarnya. “Tetapi jalan dari Nale ke Tiwu Repot itu yang berat, motor harus parkir kampung Nale,” sambungnya. Dusun Nale di Sambikoe masih merupakan bagian dari Kelurahan Watu Nggene.
Situasi di Nale sangat sepih karena sebagian besar warganya bekerja di kebun sementara sebagiannya lagi memilih untuk berada di dalam rumah karena cuaca panas yang sangat menyengat. Dari Nale kami menyusuri jalan setapak berbatu, menuruni lereng-lereng yang cukup curam menuju Sungai Wae Lengga. Tanpa pemandu yang mengetahui pasti letak Tiwu Repot, kami menyusuri jalan setapak yang cukup berat dan memberi tantangan serta membangkitkan rasa penasaran. Cuaca yang sangat panas di awal Desember tahun ini masih menyengat seolah menghadang rasa ingin tahu akan potensi wisata yang satu ini. Cuaca panas yang tidak seperti biasanya karena semestinya di bulan Desember seperti ini sudah memasuki musim hujan.
Setibanya di bantaran sungai Wae Lengga, kami berisitirahat sejenak, menyeka keringat sambil memanjakan mata dengan hamparan persawahan. Selanjutnya, sesuai informasi seorang petani yang sedang menggarap sawahnya, kami melanjutkan perjalanan, menyusuri tepi sungai Wae Lengga, diantara kebun Kakao milik warga Nale dan Pepohonan yang cukup tinggi. Aroma alam memberi kami kesejukan dan tenaga baru untuk menjangkau Tiwu Repot. Sementara pada beberapa titik di sisi kanan tampak lereng bebatuan yang curam dan tersusun dengan rapih. Sebuah karya alam yang menakjubkan.
Akhirnya kami tiba di air terjun Tiwu Repot. Sebuah pemandangan menakjubkan yang masih asli dan belum tersentuh. Perjalanan selama 35 menit yang cukup melelahkan dari kampung Nale seolah terbayar tuntas dengan pesona alam yang indah ini. Sebuah potensi wisata tersembunyi yang menanti sentuhan.(kmf)