Manggaraitimurkab.go.id-Pemkab Manggarai Timur (KMT) berkomitmen untuk mengembangkan Sorgum sebagai bahan pangan alternatif guna menangani stunting dan persoalan gizi buruk di daerah ini.
Demikian disampaikan Bupati KMT Agas Andreas saat panen simbolis Sorgum pada 4 hektar lahan percontohan paroki Santo Petrus dan Paulus Dampek, Kecamatan Lambaleda Utara, Manggarai Timur, NTT, Jum'at (1/7/2022).
"Sejak 2019 pemda sudah menggalakkan sorgum dan Bupati sudah mengeluarkan peraturan bupati dimana Sorgum menjadi pangan alternatif di Manggarai Timur," ungkapnya.
Pemanfaatan dan pengembangan pangan alternatif ini merupakan salah satu langkah strategis guna mengurangi ketergantungan pada beras serta upaya deversifikasi pangan.
Pada tahun 2022 dikembangkan pada 400 hektar di KMT yang didamping oleh Yayasan Kehati Jakarta, Lembaga Swadaya Masyarakat, Keuskupan Ruteng dan pemerintah daerah.
"Pengembangan disebar di semua kecamatan, terutama pada wilayah dataran rendan dan daerah pesisir seperti di Kecamatan lambaleda Utara, Sambi Rampas, Borong dan Kota Komba," lanjutnya.
Menurutnya Sorgum bukan merupakan tanaman yang asing bagi masyarakat di KMT karena tanaman ini sebenarnya sudah dikembangkan dan menjadi makanan andalan tempo dulu.
"Mungkin anak-anak sekarang tidak tahu sorgum ini dan kita lupa mempertahankan sorgum karena terbius oleh padi," sambungnya.
Apalagi menurut Bupati Andreas, Sorgum di daerah ini merupakan makanan yang berizi yang masih sangat alami, bersifat organik yang tidak tersentuh pupuk kimia.
Saat ini di KMT sudah ada Sorgum yang secara resmi sudah mendapatkan sertifikat organik yakni di wilayah Melo.
Selain Sorgum, KMT saat ini berkonsentrasi untuk mengembangkan Jagung dan kedele di berbagai wilayahnya. Pemerintah pun sudah memfasilitasi bibit, pemeliharaan hingga panen dan menyediakan pembeli.
"Tinggal sekarang masyarakatnya mau atau tidak untuk berubah sebab pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, masyarakat harus mau berusaha dan memikirkan kesejahteraannya," ujar Bupati Andreas.
Kerjasama pemerintah dan masyarakat serta semua elemen terkait di daerah ini, menurutnya akan menjadi kunci utama untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Sementara ini Direktur Yayasan Kehati Jakarta, Rony Megawanto yang juga hadir dalam panen sorgum ini menyampaikan bahwa Indonesia mendapat anugerah dengan keanekaragaman pangan.
Sorgum di daerah ini menurutnya masih sangat alami dan tidak tersentuh pupuk kimia yang akan menjadi jaminan kualitas mutunya sebagai pangan organik.
"Ini sangat disayangkan kalau kita hanya mengandalkan beras saja dan melupakan sorgum serta bahan pangan lainnya," ungkap Rony.
Oleh karena itu beliau mengajak semua elemen terkait untuk berkolaborasi dan bekerjasama mengembangkan sumber pangan yang bervariasi dan bernilai gizi tinggi. (kmfkmt)