Borong, manggaraitimurkab - Pembenahan jalan tani merupakan salah satu agenda utama pembangunan infrastruktur Desa Lamba Keli, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. Demikian disampaikan Kepala Desa Lamba Keli, Ferdinandes Budiman, di Borong, belum lama ini. “Pembenahan jalan tani menjadi agenda utama karena akan mepermudah akses masyarakat mengangkut hasil pertanian dan perkebunan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Ferdinandes menjelaskan bahwa dengan adanya pengerjaan telford jalan tani, warga yang biasanya harus memikul hasil pertanian dari kebun menuju rumah, kini bisa memanfaatkan sepeda motor atau mobil. Dengan demikian ada penghematan dari segi biaya dan waktu. Guna menyukseskan agenda utama ini maka pada tahun anggaran 2017 dianggarkan pengerjaan telford sepanjang 400 meter. Pengerjaan ini dianggarkan untuk dua lokasi yaitu lanjutan telford jalan tani menuju Rewung Teje senilai Rp80.892.954 dan jalan tani menuju Endeme di kampung Kenca senilai 68.763.485 rupiah. Rewung Teje merupakan pusat areal persawahan sedangkan Endeme menjadi salah satu lokasi tanaman perkebunan, seperti kopi dan kakao. “Untuk dua lokasi ini, masing-masing kita anggarkan untuk pengerjaan sepanjang 200 meter,” sambungnya.
Pemanfaatan dana desa tahun ini, jelas Ferdinandes, juga dialokasikan untuk pengadaan pipa air minum bersih untuk warga dusun Lamba sepanjang 1.665 meter dengan alokasi anggaran sebesar 207.695.511 rupiah. “Air minum bersih menjadi kebutuhan yang sangat mendesak dalam meningkatkan drajat kesehatan warga,” sambungnya.
Pada tahun 2017 juga dialokasikan anggaran senilai Rp46.487.963 untuk pengerjaan rabat beton sepanjang 132 meter yang berlokasi di Kampung Kenca. Rabat beton juga direncanakan akan dibangun di jalan akses menuju kantor desa lamba Keli sepanjang 110 meter dengan anggaran sebesar 46.188.668 rupiah. Selain itu, akan dibangun tembok penahan tanah di kantor desa sepanjang 39,5 meter senilai 12.877.200 rupiah. “Pembangunan infrastruktur ini menjadi prioritas dikerjakan tahun ini berdasarkan hasil musrenbang desa yang telah disepakati bersama,” terangnya.
Desa Lamba Keli juga mengalokasikan dana desa untuk pembangunan 40 unit rumah warga yang tidak layak huni senilai 200 juta rupiah. “Kami langsung berikan material bangunan dan tidak memberikan uang secara cash,” kata Ferdinandes. Adapun material yang diberikan berupa sink 41 lembar, semen sebanyak 15 sak, batu 3 truk, pasir sebanyak 4 truk dan paku 3 kilogram untuk setiap unitnya.
“Penentuan warga penerima bantuan ini berdasarkan musyawarah dusun, jadi bukan kades yang tentukan, untuk menghindari adanya kesan bahwa saya pilih kasih,” jelasnya.
Pria yang pernah merantau di Bali selama 16 tahun ini menambahkan bahwa dalam rangka menyediakan air minum bersih untuk warga maka dialokasikan anggaran untuk pengadaan meteran air minum di Dusun Lamba senilai 6 juta rupiah.
“Kami juga berkomitmen untuk meningkatkan pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya. Untuk itu maka dialokasikan anggaran senilai Rp32.600.000 untuk kegiatan pembinaan kemasyarakatan. Sementara untuk pemberdayaan masyarakat sebesar 89.689.846 rupiah.
Menurut Ferdinandes, semua kegiatan ini merupakan hasil musyawarah dusun, dilanjutkan dengan Musrenbangdes yang tertuang dalam dokumen Anggaran, Pendapatan dan Belanja Desa. Baginya, kepala desa adalah pelayan masyarakat yang menjalankan amanat sesuai aturan dan petunjuk teknis pengelolaan dana desa demi kesejahteraan warga Desa Lamba Keli.